Pengertian Tawassul dalam Islam  


Tawasul atau wasilah adalah berdoa dan memohon pada Allah dengan memakai perantara yakni menyebut nama yang ditawassuli. Oleh karena itu, kalimat "tawassul pada Nabi" maksudnya adalah memohon pada Allah agar terpenuhi yang diminta dengan menyebut nama Nabi Muhammad Perantara itu dapat berupa amal shalih yang pernah dilakukannya, meminta orang soleh agar berdoa untuk dia, menyebut nama atau sifat Allah. Memakai perantara orang saleh yang masih hidup disepakati seluruh ulama. Namun tawasul pada orang yang sudah meninggal, seperti Nabi Muhammad, para ulama dan orang salih sudah meninggal dunia masih menjadi perdebatan khususnya di kalangan ulama Wahabi. Bagi Ahlussunnah Wal Jamaah non-Wahabi tawasul dengan Nabi itu dibolehkan. 

Pengertian Tawassul dalam Islam
Pengertian Tawassul dalam Islam


PENGERTIAN TAWASSUL

Kata tawassul (Arab, التوسل) adalah kata asli bahasa Arab yang dapat dijumpai dalam Al-Quran, hadist, perkataan orang Arab dalam bentuk syair (puisi) maupun prosa. Maknanya adalah: mendekatkan diri (taqarrub) pada yang diinginkan dan berusaha mencapainya dengan semangat harapan. Ibnul Asir berkata dalam An-Nihayah: Al-Wasil adalah orang yang berharap; kata Al-Wasilah adalah ibadah dan perantara; dan segala sesuatu yang dibuat untuk mencapai sesuatu atau mendekatkan diri. Bentuk jamaknya al-wasilah adalah wasail (وسائل). Ibnu Faris dalam Mukjam al-Maqayis berkata: Al-Wasilah bermakna ingin dan berharap. Al-Wasil adalah orang yang berharap pada Allah. Dari sini dapat disimpulkan makna etimologis dari tawasul adalah menjadikan suatu jalan yang dapat mencapai tujuan atau mengharap sampai pada tujuan yang ingin dicapai. 

Dalam istilah syariah, tawassul adalah jalan atau sebab yang dijadikan oleh Allah untuk menuju kepadanya. Tawassul pada Nabi berarti memohon dikabulkannya doa kepada Allah dengan menyebut nama Nabi. Seperti: Ya Allah, ampunilah aku dengan kemuliaan Nabi Muhammad


DALIL TENTANG TAWASSUL

- QS An-Nisa' 4:64
.ولو أنّهم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توّاباً رحيماً

Artinya: Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. 

- QS Yusuf :97-98
قالوا يا أبانا استغفر لنا ذنوبنا إنّا كنّا خاطئين قال سوف أستغفر لكم ربّي إنّه هو الغفور الرحيم

Artinya: Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Ya'qub berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". 

- QS Al-Maidah 5:35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. 

- QS Al-Isra 17:57
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا

Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. 

- Hadits riwayat Ibnu Majah [1385], Ahmad [4/138], Hakim [1/313] Menurut Al-Rifa'i Al-Wahabidalam kitab At-Tawashul ila Haqiqat al-Tatawassul, hlm. 158, menyatakan bahwa hadits ini masyhur dan sahih.

وروي عن عثمان بن حنيف أنه قال: إن رجلاً ضريراً أتى النبي (ص) فقال: أدع الله أن يعافيني, فقال(ص) : (إن شئتَ دعوت, وإن شئتَ صبرتَ وهو خير ), قال: فادعه, فأمره (صلى الله عليه وآله) أن يتوضّأ فيحسن وضوءه ويصلّي ركعتين ويدعو بهذا الدعاء: (( اللهمّ إنّي أسألك وأتوجّه إليك بنبيّك نبيّ الرحمة, يا محمد إنّي أتوجّه بك إلى ربّي في حاجتي لتقضى, اللهم شفّعه فيّ )). قال ابن حنيف: فوالله ما تفرّقنا وطال بنا الحديث حتّى دخل علينا كأن لم يكن به ضرّ.

Artinya: Diriwayatkan melalui sahabat ‘Usman bin Hunaif ada seseorang yang sedang sakit datang ke baginda Nabi Muhammad SAW lalu berkata: Ya Rasulullah do’akan kami semoga Allah SWT memberikan kesembuhan kepadaku. Nabipun bersabda: seandainya kamu bersabar maka itu yang terbaik bagimu. Orang yang sakit berkata lagi: Do’akan kami. Dalam satu riwayat : ini sulit bagiku karena tidak ada yang menuntun kami.

Akhirnya Rasululah pun memerintahkannya berwudhu’ dan berdo’a dengan do’a: Ya Allah kami meminta dan menghadap kepadamu dengan lantaran nabi mu Muhammad SAW Nabi membawa kedamaian. Wahai Muhammad sesungguhnya kami menghadap kepadamu sebagai wasilah kepada tuhanku untuk mengabulkan hajatku. Ya Allah berikan syafa’at baginda Nabi Muhammad kepadaku. 

Ibnu Hunaif berkata: Demi Allah tidak lama setelah itu seakan-akan tidak terjadi apa-apa padanya.

- Hadits riwayat Hakim [المستدرك 2/615], Tabrani [Suyuthi, Durrul Mukhtar 1/59], Baihaqi [Ruhul Maani, 1/217] dari Umar bin Khattab Nabi bersabda:

(لما أذنب آدم الذي أذنبه رفع رأسه إلى السماء فقال : أسألك بحق محمد إلا غفرت لي ...
.
- Hadits riwayat Al-Bazzar dikutip oleh Al-Hafidz Al-Haitsami dalam Majmak Al-Zawaid "ما يحصل لأمته (صلى الله عليه وآله) من استغفاره بعد وفاته" dari Ibnu Mas'ud. Al-Haitsami berkata: Hadist ini sanadnya sahih.

ان لله ملائكة سياحين يبلغوني عن امتي السلام) قال: وقال رسول الله (صلى الله عليه وآله): (حياتي خير لكم تحدثون وتحدث لكم ووفاتي خير لكم تعرض عليَّ أعمالكم فما رأيت من خير حمدت الله عليه وما رأيت من شر استغفرت الله لكم

Artinya: Allah mempunya malaikat yang bertugas menyampaikan salam umatku padaku. Rasulullah bersabda: Hidupku lebih baik bagi kalian... Dan matiku lebih baik bagi kalian... Kebaikan yang kalian lakukan aku bersyukur pada Allah sedang keburukan yang aku lihat aku mohonkan ampun buat kalian.

- Hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abi Said Al-Khudri [3/21]

اللهمَّ بحق السائلين عليك وبحق ممشاي...

Artinya: Ya Allah dengan haknya orang-orang yang meminta padamu dan hak perjalanananku

- Hadits riwayat Daruqutni dalam Al-Afrad dan Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah

اللهمَّ بحق السائلين عليك وبحق مخرجي هذا...
Artinya: ... Ya Allah dengan hak orang-orang yang meminta padaMu dan hak keluarku ini

Kedua hadits di atas ditakhrij oleh Al-Kautsari dan Al-Ghimari

- Hadits riwayat Al-Utbi dikutip oleh Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Al-Hanbali dalam Al-Mughni 3/589 dan juga dalam Al-Syarhul Kabir 3/494. Al-Utbi berkata:

كنت جالساً عند قبر النبي (صلى الله عليه وآله) فجاء أعرابي فقال: السلام عليك يا رسول الله سمعت الله يقول (( وَمَا أَرسَلنَا مِن رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذنِ اللَّهِ وَلَو أَنَّهُم إِذ ظَلَمُوا أَنفُسَهُم جَاءُوكَ فَاستَغفَرُوا اللَّهَ وَاستَغفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّاباً رَحِيماً )) (النساء:64), وقد جئتك مستغفراً من ذنبي مستشفعاً بك إلى ربي ثم أنشأ يقول:

يا خير من دفنت في الترب أعظمه ***** فطاب من طيبهن القاع والأكم
نفسي الفداء لقبر أنت ساكنه ***** فيه العفاف وفيه الجود والكرم

ثم أنصرف الأعرابي فحملتني عيني فرأيت النبي (صلى الله عليه وآله) فقال يا عتبي الحق الأعرابي فبشره أن الله قد غفر له.

- Kisah dari Al-Utbi di atas juga dikutip oleh Imam Nawawi dalam Al-Majmuk 9/274. Nawawi berkata: Lalu Al-Utbi kembali ke tempatnya yang pertama menghadap wajah Rasulullah lalu ia bertawassul pada Nabi untuk dirinya dan meminta syafa'at Nabi pada Tuhannya. Sebagian perkataannya yang terbaik adalah apa yang diriwayatkan oleh Mawardi, Qadhi Abu Tayyib, dan ulama Syafi'i yang lain tentang Utbi dan menganggapnya baik. ... lalu Imam Nawawi menuturkan kisah Al-Utbi di atas dengan lengkap seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah.

اللهمَّ إنك قلت وقولك الحق (( وَمَا أَرسَلنَا مِن رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذنِ اللَّهِ وَلَو أَنَّهُم إِذ ظَلَمُوا أَنفُسَهُم جَاءُوكَ فَاستَغفَرُوا اللَّهَ وَاستَغفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّاباً رَحِيماً )) , وقد اتيتك مستغفراً من ذنوبي مستشفعاً بك إلى ربك فأسألك يا رب أن توجب لي المغفرة كما أوجبتها لمن أتاه في حياته اللهمَّ اجعله أول الشافعين وأنجح السائلين 

Sejumlah ulama fikih dalam kitab fikih mereka juga menuturkan kisah Al-Utbi di atas dan menganggapnya baik seperti As-Syarbini dalam Mughnil Muhtaj 1/512, Al-Bakri Ad-Dimyati dalam Ianatut Talibin 2/357, Al-Buhuti dalam Kashful Qina' 2/600.

Al-Buhuti berkata setelah meriwayatkan kisah Al-Utbi di atas: Dan Al-Utbi tidak meninggikan suaranya karena ada firman Allah QS Al-Hujurat :2 [يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرفَعُوا أَصوَاتَكُم فَوقَ صَوتِ النَّبِيِّ وَلا تَجهَرُوا لَهُ بِالقَولِ كَجَهرِ بَعضِكُم لِبَعضٍ أَن تَحبَطَ أَعمَالُكُم وَأَنتُم لا تَشعُرُونَ]. Kehormatan Nabi saat sudah wafat, sama dengan kehormatan Nabi saat masih hidup. Lalu Al-Utbi menghadap kiblat, dan menjadikan kamar di sebelah kirinya supaya tidak membelakangi kubur Nabi dan berdoa dengan doa yang disukai.

Ibnu Katsir Ad-Dimashqi dalam Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 1/532 menyatakan: Firman Allah dalam QS An-Nisa' 4:64 [وَلَو أَنَّهُم إِذ ظَلَمُوا أَنفُسَهُم] Allah menunjukkan bahwa pelaku maksiat dan pelaku dosa apabila melakukan kesalahan dan dosa maka hendaknya datang ke Rasulullah, lalu memohon ampun pada Allah di sisi Nabi dan meminta Nabi agar mengampuni mereka. Apabila mereka melakukan hal itu, maka Allah akan menerima taubat dan mengampuni mereka. Karena itu, Allah berfirman [لوجدوا الله تواباً رحيماً]. Segolongan ulama menuturkan, salah satunya adalah Abu Manshur As-Shabbagh dalam kitab As-Syamil, tentang kisah masyhur dari Al-Utbi di mana Al-Utbi berkata: Aku pernah duduk di samping kubur Nabi --- > Pendapat Ulama Ahlussunnah Tentang Tawassul

Sumber : http://www.alkhoirot.net/

0 comments:

Post a Comment

 
Top